Kamis, 28 Juli 2011

Keterampilan Proses

Funk dkk. (1979) mengklasifikasikan keterampilan proses menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses dasar terdiri atas : pengamatan, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi dan inferensi. Keterampilan proses terpadu terdiri atas pengidentifikasian variabel, penyusunan tabel data, penyusunan grafik, pendeskripsian hubungan antar variabel, perolehan dan pemrosesan data,  pendeskripsian penyelidikan, perumusan hipotesis, pendefinisian variabel secara operasional, merencanakan penyelidikan dan eksperimen.
AAAS mengklasifikasikan keterampilan proses IPA menjadi Basic Science Process Skills dan Integrated Science Process Skills. Keterampilan proses dasar terdiri atas  pengamatan, penggunaan hubungan ruang/waktu, klasifikasi, penggunaan bilangan, pengukuran, komunikasi, dan inferensi. Sedangkan keterampilan proses terpadu meliputi  pengontrolan variabel, penginterpretasian data, perumusan hipotesis, pendefinisian variabel secara operasional, dan eksperimen.
Keterampilan proses dasar merupakan fondasi untuk melatih keterampilan proses terpadu yang lebih kompleks. Menurut Nur Mohamad (1996), enam keterampilan proses dasar yang perlu dilatihkan kepada siswa adalah : pengamatan, pengukuran, klasisifikasi, komunikasi, prediksi dan inferensi. Keenam keterampilan proses dasar ini merupakan prasarat untuk keterampilan proses terpadu. Seluruh keterampilan proses ini diperlukan apabila seseorang sedang berupaya menemukan pemecahan atas suatu masalah ilmiah. Keterampilan proses terpadu khususnya diperlukan apabila seseorang  melakukan eksperimen untuk memecahkan masalah. Keterampilan proses terpadu yang penting dilatihkan meliputi ; identifikasi variabel, pengontrolan variabel, interpretasi data, perumusan hipotesis, perumusan definisi operasional variabel, perencanaan dan pelaksanaan eksperimen.
Pada prinsipnya untuk melatihkan keterampilan proses kepada para siswa, perlu siswa benar-benar melakukan, seperti mengamati, mengukur, memanipulasi variable dan sebagainya (Soetardjo,1998). Oleh karena itu pendekatan ini lebih banyak menlibatkan siswa dengan objek-objek konkrit, sehingga mereka dapat memahami fakta-fakta dan konsep-konsep sains dengan lebih baik. Pembelajaran biologi melalui pendekatan keterampilan proses memberikan pengalaman langsung kepada siswa yang memungkinkan mereka menggunakan keterampilannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

B.       Merancang Eksperimen
Menurut Mohamad Nur (2000) merancang eksperimen pada dasarnya adalah menentukan prosedur yang akan diikuti dalam melakukan eksperimen. Suatu prosedur memuat alat dan bahan apa yang digunakan dan bagaimana menggunakan bahan itu. Setelah mengikuti prosedur itu, data diperoleh. Dari data ini dapat ditarik kesimpulan dan membuat pernyataan tentang hasil eksperimen. Apabila kesimpulan yang ditarik dari data menunjang hipotesis, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis dapat diandalkan. Dapat diandalkan artinya bahwa kesimpulan dapat dipercaya.
Menurut Dimyati (2002) Keterampilan merancang eksperimen perlu diberikan sejak dini. Merancang aksperimen dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspon dalam penelitian secara operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel hipotesis yang diuji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari eksperimen yang akan dilaksanakan. Contoh kegiatan yang tercakup dalam keterampilan merancang eksperimen adalah 1) Mengenali, menentukan dan merumuskan masalah yang akan diteliti, 2) Merumuskan satu atau lebih “dugaan yang dianggap benar”, ini disebut menyusun hipotesis. Menyusun hipotesis dapat dilakukan dengan mendasarkan dugaan pada pengalaman sebelumnya atau observasi atau intuisi.dan 3) Memilih instrument/alat yang tepat untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang dirumuskan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar