Rabu, 06 Juli 2011

Jurnal Penelitian dan Pengembangan PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Jurnal Penelitian dan Pengembangan 1(2), 135-147

 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 SUKASADA
Nyoman Subratha
Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha
Abstrak
Penerapan model pembelajaran kooperatif dan strategi pemecahan maslah ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas intraksi siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Sukasada. Data dikumpul dengan teknik observasi dan teknik tes, kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data secara deskriptif. Hasil analisis menunjukan, bahwa (1) penerapan model pembelajaran kooperatif dan strategi pemecahan masalah dapat meningkatkan kualitas intraksi siswa dalam pembelajaran fisika dan (2) penerapan model pembelajaran kooperatif dan strategi pemecahan masalah dapat meningkatkan capaian kompetensi dasar fisika siswa.
Kata kunci: model pembelajaran kooperatif, strategi pemecahan
maslah, hasil belajar siswa.
Abstract
The aim of cooprative learning system and problem solving strategy are to increase the study result of physic in students VII.C at SMPN 1 Sukasada. The data gaided by observation and test tehnique, and then analysed by using descriptive data analysis tehnique. The result of the analysis, showed that (1) the use of cooperative learning system and problem solving strategy could be increase the students increation quality in phisic learning, (2) the use of cooperative learning system and problem solving strategy could be increased basic competention of students phisic.
Key word: cooperative learning system, problem solving stategy,
and the physic study result of student.
Pendahuluan
Salah satu tujuan pelajaran IPA (fisika) di SMP (Puskur Balitbang Depdiknas, 2002) adalah agar siswa menguasai berbagai konsep dan prinsip, IPA (fisika) untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Pengajaran fisika di SMP juga dimaksudkan untuk pembentukan sikap yang positif terhadap fisika, yaitu merasa tertarik untuk mempelajari fisika lebih lanjut karena merasakan keindahan dalam keteraturan perilaku alam serta kemampuan fisika dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapan fisika dalam teknologi (Puskur Balitbang Depdiknas, 2002).
Pernyataan ini mengandung makna bahwa selain untuk kepentingan penerapan dalam kehidupan penerapan sehari-hari dan teknologi, penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika pada kelas-kelas awal (kelas VII) di SMP merupakan persyaratan keberhasilan belajar fisika dan meningkatnya minat siswa terhadap fisika pada kelas-kelas selanjutnya (Nur, 2003:9). Dengan kata lain jika penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika di kelas-kelas awal sangat rendah disertai dengan sikap negatif terhadap pelajaran fisika, sulit diharapkan siswa akan berhasil dengan baik dalam pembelajaran di kelas-kelas selanjutnya
Bertolak dari pandangan ini, guru-guru pengajar fisika di kelas awal memiliki peran yang sangat strategis. Mereka dituntut membantu siswa untuk mendapat pemahaman yang baik terhadap konsep-konsep dan prinsip fisika untuk memudahkan mereka mempelajari fisika di kelas yang lebih tinggi. Disamping itu pengajar di kelas-kelas awal diarapkan dapat menumbuhkan sikap positif terhadap fisika serta membangkitkan minat mereka terhadap fisika. Ini berarti proses pembelajaran fisika yang dilakukan guru hendaknya memungkinkan terjadinya pengembangan pemahaman konsep, sikap, dan meningkatkan minat siswa terhadap fisika.
Menyadari peran penting guru-guru di kelas awal (kelas VII di SMP), 2 orang guru fisika kelas VII SMP Negeri 1 Sukasada dibantu oleh seorang dosen LPTK, mencoba melakukan refleksi terhadap pembelajaran fisika di kelas VII yang dilakukan saat ini (April 2006) dan membandingkan pembelajaran tahun-tahun sebelumnya. Refleksi yang dilakukan guru kemudian di ikuti dengan pengamatan proses pembelajaran di salah satu kelas yaitu di kelas VII C serta wawancara dengan beberapa orang siswa. Dari refleksi, pengamatan dan wawancara tersebut disimpulkan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran fisika yang dilaksanakan saat ini di kelas VII relatif masih rendah. Hal ini ternyata juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Rendahnya kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas VII ditunjukan oleh fakta sebagai berikut. (1) Siswa cendrung tidak menunjukan minat yang baik terhadap pembelajaran fisika. Motivasi belajar mereka sangat rendah, (2) Dilihat dari hasil belajar yang ditunjukan oleh hasil tes formatif, rata-rata hasil tes formatif masih tergolong rendah. Untuk kelas VII yang diamati rata-rata hasil tes formatif dalam tiga kali tes masing-masing adalah 4,5; 5,6; dan 5,4 (dikutif dari daftar nilai siswa kelas VII tahun 2006), (3) Wawancara dengan lima orang siswa yang diambil secara random menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip penting sangat rendah. Siswa cendrung belajar dengan hanya menghafal rumus-rumus tanpa memahami maknanya. Demikian pula kemampuan mereka untuk menyelesaikan permasalahan atau soal-soal secara umum sangat rendah, dan (4) Pemahaman terhadap cara siswa menyelesaikan soal-soal uraian menunjukan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan menyelesaikan soal-soal secara sistematis (yakni visualisasi masalah, mendeskripsikan dalam deskripsi fisika, merencanakan solusi, menyelesaikan solusi, dan mencek solusi). Mereka menyelesaikan soal-soal dengan cara trial and error dengan mencocokan soal-soal dengan rumus-rumus yang dihafalkannya.
Rendahnya kualitas proses dan hasil belajar yang ditunjukan oleh fakta-fakta di atas, dua orang guru fisika kelas VII dan dosen LPTK melakukan diskusi untuk mengidentifikasi penyebab permasalahan tersebut. Dari diskusi tersebut terungkap beberapa faktor-faktor yang dipandang sebagai penyebab masalah adalah seperti berikut. (1) Metode pembelajaran yang digunakan guru sangat monotun. Metode ceramah merupakan metode yang secara konsisten digunakan oleh guru dengan urutan menjelaskan, memberi contoh, latihan, dan kerja rumah. Tidak ada variasi metode pembelajaran yang dilakukan guru berdasarkan karakteristik materi pelajaran yang diajarkannya, (2) Guru jarang sekali memberikan kesempatan kepada siswa untuk berintraksi dengan teman sejawat atau dengan guru dalam upaya mengembangkan pemahaman konsep-konsep dan prinsip-prinsip penting. (3) Pengajaran yang dilakukan oleh guru lebih menekankan pada manipulasi matematis, mereka mulai dengan difinisi konsep, kemudian menyatakannya dengan matematis. Hal ini teramati pula dari catatan-catatan fisika siswa yang tidak jauh berbeda dengan catatan matematik, karena isinya hanya kumpulan rumus-rumus fisika. (4) Guru tidak memahami metode penyelesaian soal-soal secara sistematis. Ketika mengajarkan pemecahan masalah, guru tidak mulai dengan menganalisis masalah, tidak mendeskripsikannya dalam deskripsi fisika, tidak berusaha untuk mengambarkannya dalam diagram-diagram, namun lebih menekan pada pencocokan soal-soal dengan rumus yang dihafalkan. (5) Guru lebih tertarik pada jawaban siswa yang benar tanpa menganalisis kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dan prosedur penyelesaiannya.
Akar masalah yang teridentifikasi di atas ada yang bersifat given. Hal ini memerlukan perubahan-perubahan kebijakan yang berada di luar kewenangan guru. Disatu pihak terdapat akar permasalahan yang dapat diatasi dalam batas kewenangan, komitmen dan tanggungjawab guru. Akar-akar permasalahan tersebut adalah yang terkait dengan minat dan motivasi siswa, penggunaan pendekatan, dan strategi pembelajaran yang dilakukan guru, cara mengaktifkan siswa dan strategi pemecahan masalah.
Di samping faktor-faktor yang lain, strategi pembelajaran yang dilakukan guru sangat menentukan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, dua orang guru pengajar fisika di kelas VII SMP Negeri 1 Sukasada bersepakat untuk melakukan perbaikan pada proses pembelajaran yakni dengan perbaikan strategi pembelajaran dan strategi pemecahan masalah.
Dilihat dari karakteristik siswa yang rata-rata memiliki latar belakang pengetahuan yang relatif rendah, perlu dikembangkan model pembelajaran yang memungkinkan terjadinya sering pengetahuan antara teman sejawat dan antar siswa dan guru. Siswa perlu diberikan kesempatan untuk belajar secara intraktif kerjasama dengan teman dalam mengembangkan pemahaman terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip penting. Model pembelajaran yang mendukung masalah ini adalah pembelajaran kooperatif (Ibrahim,M. & Nur, 2002:18).
Latihan-latihan menggunakan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pada berbagai persoalan perlu dilakukan secara bertahap. Oleh karena itu, metode pemecahan masalah secara sistematis yang terdiri dari: visualisasi masalah, mendeskripsikan masalah kedalam deskripsi fisika, merencanakan solusi, menyelesaikan solusi, dan mencek solusi sangat penting dilatihkan. Metode ini sangat diperlukan bukan hanya dalam menyelesaikan soal-soal uraian, tetapi juga dalam menyelesaikan soal-soal pilihan ganda, metoda ini tidak ditulis, tetapi tetap berlangsung dalam pikiran siswa. Bila metode penyelesaian soal secara sistematis ini dilatihkan secara terus menerus, maka ketika berhadapan dengan soal, siswa dengan cepat dapat mengidentifikasi konsep apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal tersebut dan rumus mana yang terkait dengan konsep tersebut (Heller, Keith, & Handerson, 1992).
Bertolak dari karakteristik masalah dan akar masalah yang perlu diatasi tampaknya penetapan model pembelajaran yang berfokus pada pengembangan pemahaman konsep, pengembangan intraksi kelompok dan kerjasama, dan latihan memecahkan masalah merupakan pilihan yang terbaik. Model pembelajaran yang memenuhi kriteria ini adalah model pengajaran koopratif (cooperative learning) yang dipadukan dengan pemecahan masalah (problem solving) secara sistematis.
Bertolak dari permasalahan, akar masalah dan usulan pemecahan masalah yang diuraikan di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. (1) Apakah penerapan pembelajaran kooperatif dan strategi pemecahan masalah dapat meningkatkan intraksi siswa dalam pembelajaran fisika? (2) Apakah penerapan pembelajaran kooperatif dan strategi pemecahan masalah dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa?
Secara oprasional tingkat intraksi siswa dalam kelas adalah skor yang diperoleh siswa dalam kegiatan-kegiatan diskusi dan bertanya. Hasil belajar yang dimaksud adalah menyangkut hasil belajar dalam aspek kognitif , afektif, dan psikomotor. Hasil belajar pada aspek kognitif meliputi penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip penting dan kemampuan memecahkan masalah. Hasil belajar dalam aspek afektif meliputi aspek nilai (value), minat (interset), dan sikap (attitude). Sedangkan hasil belajar pada aspek psikomotor adalah skor siswa dalam melaksanakan keterampilan-keterampilan laboratorium yang meliputi kemampuan manipulasi (manipulation), artikulasi (articulation), dan naturalisasi (naturaliszation).
Bertolak dari rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. (1) Meningkatkan kualitas intraksi siswa kelas VII C dalam pembelajaran fisika. (2) Meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VII C pada tiga aspek, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor.
Metode
Penelitian ini mengambil lokasi di SMP Negeri 1 Sukasada Kecamatan Sukasada. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII.C SMP Negeri 1 Sukasada. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil 2006/2007 dan berlangsung selama lima bulan dari, yaitu mulai bulan Juni 2006 sampai dengan bulan Oktober 2006.
Pelaksanaan tindakn dilakukan oleh guru dan dosen secara team work. Pada setiap sesi pembelajaran tahapan-tahpan yang dilakukan meliputi pendahuluan, kegiatan inti,dan kegiatan penutup. Setelah tiga kali pertemuan diadakan tutorial untuk melatih siswa menerapkan strategi pemecahan masalah secara sistematis.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kualitas instraksi siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa. Untuk memperoleh data penelitian tersebut adalah dengan teknik observasi dan teknik tes. Lembar observasi untuk mengukur (1) aspek kualitas instraksi siswa yang meliputi berdiskusi dan bertanya, (2) hasil belajar dalam aspek afektif, dan (3) hasil belajar dalam aspek psikomotor. Tes digunakan untuk mengukur kualitas hasil belajar siswa dan mengukur kemampuan memecahkan masalah (aspek kognitif).
Data hasil penelitian ini dianalisis menggunakan teknik analisis data secara deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan kualitas interaksi siswa dan kualitas hasil belajar siswa.
Hasil
Berikut ini disajikan hasil penelitian tentang kualitas hasil belajar fisika siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Sukasada.
Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus. Hasil analisis data terhadap nilai rata-rata amatan yang dicapai disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1
Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 No
Aspek Yang Dinilai
Rerata
Ketuntasan Klasikal
Keterangan
1
Kualitas interaksi siswa
73,47
83,33
Belum tercapai
2
Penguasaan konsep (aspek kognitif)
67,64
77,78
Belum tercapai.
3
Kinerja pemecahan Masalah (aspek kognitif).
68,94
80,56
Belum tercapai
4
Keterampilan fisik melakukan kegiatan lab (aspek psikomotor)
73,69
83,33
Belum tercapai
5
Sikap terhadap pembelajaran fisika (aspek afektif)
71,89
77,78
Belum tercapai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar