UJI PENGAWET MAKANAN
PENDAHULUAN
Bahan tambahan makanan (aditif makanan) digunakan agar makanan
tampak lebih menarik dan tahan lama; bahan tersebut dapat sebagai pengawet,
pewarna, penyedap rasa dan aroma, anti oksidan, dan lain-lain. Jadi bahan
tersebut tidak bernilai gizi, tetapi ditambahkan ke dalam makanan pada
pembuatan atau pengangkutan untuk mempengaruhi atau mempertahankan sifat khas
makanan tersebut.
Beberapa bahan tambahan makanan mempunyai pengaruh yang kurang
baik terhadap kesehatan manusia; karena itu Departemen Kesehatan telah
mengatur/menetapkan jenis-jenis bahan tambahan makanan yang boleh dan tidak
boleh digunakan dalam pengolahan makanan. Bahan tambahan yang dilarang
digunakan dalam makanan adalah formalin (formaldehide) dan asam borat (garamnya
natrium tetraborat/boraks).
BORAKS
Boraks merupakan garam Natrium Na2B4O7.10H2O
yang banyak digunakan dalam berbagai industri non pangan khususnya industri
kertas, gelas, bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik,
pengontrol kecoak dan keramik. Gelas pyrex yang terkenal dibuat dengan campuran
boraks.
Boraks digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet
kayu, antiseptik dan pengontrol kecoak. Boraks merupakan bahan beracun dan
bahan berbahaya bagi manusia, karena bisa menimbulkan efek racun, tetapi
mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin.
Yang membahayakan, boraks bisa diserap oleh tubuh dan disimpan
secara kumulatif dalam hati, otak, usus atau testis sehingga dosisnya dalam
tubuh menjadi tinggi. Bila dikonsumsi menahun bisa menyebabkan kanker. Boraks
juga sering disalahgunakan dalam pangan. Biasanya ditambahkan pada kerupuk, bakso,
lontong dan lain-lain. Masyarakat awam mengenal boraks dengan nama Bleng atau
Cetitet.
Gejala dapat berupa mual, muntah, diare, suhu tubuh menurun,
lemah, sakit kepala, rash erythermatous, bahkan dapat menimbulkan shock.
Kematian pada orang dewasa dapat terjadi dalam dosis 15 – 25 gram, sedangkan
pada anak dosisi 5 – 6 gram. Bahaya Boraks terhadap kesehatan diserap melalui
usus, kulit yang rusak dan selaput lendir.
Berikut ini terdapat beberapa ciri pangan yang mengandung
boraks. Walaupun tidak terlampau khas namun dapat membantu membedakannya dari
pangan tanpa boraks.
a.
Mie
Basah yang mengandung boraks : Teksturnya sangat kenyal, biasanya lebih
mengkilat, tidak lengket dan tidak cepat putus.
b.
Bakso
mengandung boraks : Teksturnya sangat kenyal, warnanya tidak kecokelatan
seperti penggunaan daging namun lebih cenderung keputihan
c.
Ciri-ciri
kerupuk mengandung boraks : Teksturnya sangat renyah, dapat memberikan rasa
getir
APA ITU
FORMALIN
Nama
lain dari formalin adalah Formaldehid atau Metanal dengan rumus umum HCHO. Formalin
merupakan larutan yang tak berwarna dan berbau menyengat, pada suhu kamar berupa
gas yang bisa larut dalam alkohol, aseton maupun air.
Dalam
industri kimia sangat penting sebagai Desinfektan, Fungisida, Bakterisida, Bahan dasar pembuat resin, PENGAWET MAYAT MANUSIA/BINATANG. Formalin
adalah senyawa toksin dan beracun pada manusia yang dapat menyebabkan : Sakit
perut, Iritasi pada kulit, Kekurangan protein ( proteinuria ), Kelebihan
asam ( asidosis ), Sakit kepala hingga
kematian, serta Bersifat karsinogen / penyebab kanker.
UJI BORAKS
Uji pada sampel yang mengadung boraks dilakukan dengan
penambahan 10 tetes H2SO4 pekat dan 2 ml metanol.
Diamkan sebentar dan kemudian dibakar. Uji ini menghasilkan warna nyala hijau
kekuningan sama seperti pada uji nyala senyawa boraks murni. Hal ini
membuktikan bahwa sampel memang benar mengandung boraks.
Untuk uji sampel yang tidak mengandung borask prosedur dilakukan
sama seperti pada uji sampel yang mengandung boraks. Namun hasil yang didapat
tidak menimbulkan nyala berwarna hijau kekuningan.
Dua cara lain menguji keberadaan zat-zat pengawet khususnya
boraks yaitu :
Pada
0,5 ml larutan sampel ditambahkan:
a.
Perak
nitrat, akan terjadi endapan putih dari perak metaborak. Pada memanasan akan
terjadi endapan Ag2O yang berwarna hitam
b.
Barium
klorida jenuh, akan terjadi endapan putih barium metaborat
UJI FORMALIN
A.
Uji Fehling
1.
Ambil 10 gram sampel
(tahu/mie basah/bakso) kemudian haluskan menggunakan mortar. Tambahkan 10 ml
air, aduk sampai rata. Kemudian saring.
2. Ambil ±2ml hasil penyaringan, masukkan ke
dalam tabung reaksi. Tambahkan 3 ml larutan Fehling. Panaskan 5-10 menit.
3. Amati dan catat perubahan yang terjadi.
4. Larutan mengandung formalin jika larutan yang
mula-mula berwarna biru berubah menjadi hijau dan terbentuk endapan kuning atau
merah.
B.
Uji Kalium permanganat
Tabung reaksi berisi 10
ml susu dibubuhi 1 tetes larutan KMnO4 1 N (=PK, campuran air mandi
untuk obat gatal/cacar). Larutan susu yang putih akan menjadi pink (merah jambu
seulas). Lama waktu hilangnya warna pink (warna merah jambu seulas) dari
tetesan larutan Kalium permanganat kedalam tabung reaksi berisi sample susu
segar menjadi indikator kemungkinan kandungan formalin didalam susu tersebut.
Jika 1 jam tidak ada
perubahan warna (warna pink stabil) berarti susu tidak mengandung formalin
(atau lebih tepat dikatakan tidak menggunakan formalin sebagai pengawet), dan
dilanjutkan dengan rangkaian uji lainnya sebelum dinyatakan dapat diterima
sebagai bahan baku. Jika warna pink larutan kalium permanganat tersebut segera
pudar/ hilang menjadi tak berwarna, berarti ada kemungkinan dalam sample susu
terkandung formalin yang bersifat bereaksi menghilangkan warna (mereduksi)
kalium permanganat.
False positive (hasil
palsu) bisa saja terjadi jika dalam bahan makanan terkandung reduktor lain yang
bereaksi dengan Kalium Permanganat misalnya asam oksalat, dll. Tapi kebanyakan
makanan yang diawetkan adalah pangan nabati/hewani (ikan basah, bakso,tahu)
yang berprotein tinggi kemungkinan sangat kecil mengandung asam oksalat secara
alami.